Bayangkan saja jika semua manusia itu sama? Saya jadi teringat episode film cartoon Spongebob Squarepants yang menceritakan Squidward pindah ke tempat para tentacle bermukim (seperti komplek para tentacle atau pun tentacle resourch getoch~). Bayangkan jika Anda adalah Squidward yang berada disana, yang setiap harinya melihat orang yang sama persis, dengan pemikiran, tingkah laku dan kegiatan yang sama di setiap harinya. Apa yang akan Anda rasakan? Apakah Anda akan merasakan hal yang sama seperti Squidward yang akhirnya bertindak aneh (seperti yang dilakukan Spongebob dan Patrick)?
Sejak semula, manusia berbikir secara berbeda, bertindak secara berbeda, dan menjalani kehidupan secara berbeda satu sama lain. Tentu akan ada orang yang bertanya “mengapa manusia berbeda-beda?” “mengapa sebagian orang lebih cerdas atau lebih bermoral?” dan “apakah ada sesuatu yang menjadikan mereka berbeda secara permanen?” “mengapa si itu begini? Si itu begitu?” “mengapa dia membuat keputusan seperti itu? Mengapa dia seperti yang menganggap remeh saya?” etc
Para ahli pada umumnya terbagi menjadi dua kubu. Sebagian mengklaim bahwa terdapat landasan fisik yang kuat bagi perbedaan-perbedaan ini, yang menjadikan perbedaan-perbedaan tersebut tak-terhindarkan dan tak bisa di ubah. Seiring berjalannya waktu, dugaan-dugaan perbedaan-perbedaan fisik ini, meliputi tonjolan-tonjolan di tengkorak (frenologi), ukuran dan bentuk tengkorak (kraniologi), dan sekarang gen.
Sebagian ahli lainnya menunjuk pada perbedaan-perbedaan kuat dalam latar belakang, pengalaman, pelatihan atau cara-cara belajar manusia. Mungkin Anda terkejut jika mengetahui bahwa tokoh utama dari pandangan ini adalah Alfred Binet, pencipta tes IQ. Bukankah tes IQ dimaksudkan untuk mengikhtisarkan intelegensi anak-anak yang tak bisa di ubah? Sebenarnya, tidak.
Binet, orang Prancis (asli Prancis yah, bukan Parapatan Ciamis!?) yang bekerja di Paris pada awal abad ke-20, merancang tes ini untuk mengidentifikasi anak-anak yang kurang mendapat manfaat dari sekolah-sekolah umum di Paris, sedemikian rupa sehingga program-program pendidikan baru dapat dirancang untuk mengembalikan mereka pada tujuan semula. Tanpa menyangkal adanya perbedaan-perbedaan individual dalam intelek (kemampuan mental) anak-anak, ia percaya bahwa pendidikan dan latihan dapat menciptakan perubahan-perubahan fundamental dalam intelegensi manusia.
Siapa yang benar? Saat ini sebagian besar pakar sepakat bahwa kecerdasan bukanlah ini atau itu. Ia bukanlah sifat bawaan (nature) atau hasil binaan (nurture), gen atau lingkungan. Dari konsepsi ini, ada proses memberi dan menerima yang terus berlangsung diantara keduanya. Sebagaimana dikatakan Gilbert Gottlieb, seorang ilmuwan ahli saraf terkemuka, sebenarnya gen dan lingkungan tidak sekedar bekerja sama seiring dengan perkembangan kita, tetapi gen juga membutuhkan masukan dari lingkungan untuk dapat bekerja secara tepat.
Pada saat yang sama, para ilmuwan mempelajari bahwa manusia memiliki kemampuan yang lebih untuk belajar seumur hidup dan mengembangkan otak mereka daripada prakiraan mereka selama ini. Tentu saja, setiap orang memiliki anugerah genetik yang unik. Manusia mungkin memulai dengan temperamen yang berbeda dan bakat-bakat yang berbeda, tetapi jelas bahwa pengalaman, latihan dan upaya personallah yang menentukan jalan mereka selanjutnya. Robert Stenberg, guru intelligensi mutakhir, menulis bahwa faktor terpenting yang menentukan seseorang mencapai keahlian tertentu “bukanlah kemampuan yang sudah melekat sebelumnya, tetapi pergulatan dengan maksud yang jelas.” Atau sebagaimana yang telah diakui oleh pendahulunya, Binet, orang yang pada awalnya paling cerdas tidak selalu menjadi yang paling cerdas pada akhirnya.
Referensi:
Dweck S. Carol. Ph.D. Change Your Mindset Change Your Life. Random House, New York, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih sudah membaca tulisan Jay yang sederhana, dan unik ini~^^
Semoga bermanfaat yah~
Silahkan tinggalkan jejak kemuliaan kawan-kawan sekalian dengan mengisi kolom komentar ini.
Salam Inspirasi~^0^